Nama : Saprijal Ismi
Kelas : VI F Pagi
NPM : 0902040284
B.
Studi : Bahasa dan Sastra
Indonesia
Hujan
Kini air hujan
mengalir dari langit
Berlomba-lomba
menuju bumi
Pepohonan
berteriak kegirangan
Burung-burung
pipit pun ikut menari
Matahari lahan-perlahan
mengalah
Sedikit demi
sedikit ia redupkan sinarnya
Bukit-bukit ikut
berpesta
Para gunung
menari dan saling bercerita
Semua di dunia
berteriak dengan ceria
Menunggu tetesan
demi tetesan
Tik...tik...tik...suara
hujan berdendang
Melodi dan irama
terus saja ia alunkan, kehormatan untuk sang alam
Medan, 18 April 2012
Ibuku, Cintaku
Ibu, di
keheningan malam engkau ku ganggu
Dengan
tangisanku yang membangunkan tidurmu
Engkau datang
kepadaku, engkau timang-timang aku
Dari bibirmu,
dari mulutmu terdengar suara shahdu
Sejenak ku
terdiam dan membisu
Tatapan matamu
yang berbinar-binar
Membalai halus
setiap tubuku
Cintamu,
kasihmu, perhatianmu tertuju kepadaku
Hari-harimu
engkau habiskan denganku
Setiap
tangisanku, membuat panik dirimu, kembali engkau timang aku
Tak lelah, tak
terjamah, ya tak lelah katamu
Ibu engkaulah
semagat hidupku, cintaku hanya padamu
Medan, 18 April 2012
Ibu
Ibu, dengan
kasihmu hiduplah aku
Kasih sayangmu
telah membesarkan aku
Jerih panyahmu
telah mendidik aku
Pengalamanmu
telah mengajari aku arti hidup
Ibu, bisakah aku
berbuat sepertimu
Kasihmu...
Cintamu...
Bisakah ku
berikan semua itu ibu
Mungkin mustahil
ibu
Sepanjang hari,
sepanjang zaman ku tak akan mampu
Ibu engkaulah
cahaya penerangku
Sembah sujudku
kepadamu ibu
Medan, 19 April 2012
Guruku
Guruku berdiri,
menjelaskan sepenuh hati
Menatap,
meratap, dan teriak
Melirik ke kanan
dan kekiri dengan harapan engkau mengerti
Guruku terus
saja berdiri
Dengan tangan
terisi sepidol, ia coba jelaskan kembali
Apakah kalian
sudah mengerti, teriak guruku
Siswa dan siswi
terdian tiada arti
Guruku bercerita
lagi tanpa rasa sesal di hati
Sudahkah kalian
pahami, jerit guruku lagi
Ruang sunyi,
tapi tak sepi
Semua kursi di
isi para penghuni tak tau diri
Tak mengerti,
bermain sepenuh hati hingga guruku kesal kembali
Medan, 19 April 2012
Tangan-tangan Nakal
Tangan-tangan
nakal
Menjejal yang
terlarang
Tersentuh,
menyentuh dan tertuduh
Oh para
tangan-tangan nakal
Budi pekertimu
tinggal sejengkal
Ahlakmu tak
terpakai
Engkaulah para
penjejel
Engkaukah itu
para tangan nakal
Engkau rusak
mahkota yang terjejal
Ia, hanya
tinggal sejengkal
Menunggu ajal
yang tak pernah kenal
Salam buat
tangan-tangan nakal
Medan, 20 April 2012
Mengejar Mimpi
Kini hari
mendung
Suara alam
sedang sunyi
Murit-murit
berlari, mengejar mimpi
Amanah dan
arahan selalu di beri
Tak kupeduli,
tak ku sesali
Tapi itulah ilmu
yang sedang ku pelajari
Satu persatu
ilmupun ku curi
Tidak ada yang
tau, tak ada yang mengerti
Apakah ilmu itu
pasti
Tetap ku cari,
tetap ku telusuri
Hari demi hari
tak berhenti
Hingga ku
ajarkan, agar mereka berbudi pekerti
Medan, 21 April 2012
Cita-cita
Engkau bercerita
tentang cita-cita
Terjajah oleh
pahitnya cerita derita
Tertekan,
tertakluk oleh pahitnya realita
Apakah engkau
punya cita-cita
Tak kupeduli
letaknya dimana
Di bukit,
seberang laut maupun di langit
Kan ku tempuh,
kan ku sandang
Tak ku peduli
itu rintangan, terpenting ku senang
Medan, 21 April 2012
Anak Jalanan
Merka pencari
rejeki yang tak peduli
Mereka kotor,
mereka bau, mereka menjijikkan
Berkelana di
selokan air kotor
Tempat
tinggalnya juga kumuh dan rapuh
Berteduh dan
berkelana di lampu mereh
Menjejel rezeki
sekeras hati
Tak jarang juga
mereka berkelahi
Terhina dan
menghina sesama diri
Sampah sebagai
teman mereka
Teman, sekaligus
lingkungannya
Tak peduli turun
hujan, terik matahari
Ya itulah
mereka.
Medan, 21 April 2012
Kesunyian Malam
Semua yng
berteriak dalam keheningan malam
Sedangkan malam
hanya membisu dan tersimpu lugu
Mata kegelapan
seolah mengajakku turuti hawa nafsu
Sedangkan
seberkas cahaya tak mampu membelaku
Jiwaku,ragaku,
nafasku dan imanku, mungkin telah keliru
Memburu para
dewa-dewa yang telah membisu
Aku juga tau
maumu bukan!
Suara kecil
mengeledekku
Diakah itu
shaitan
Sang alam
terdian dan tercengang
Ia terus larut
dalam malam
Perlahan,,,perlahan,,,ia
tiupkan angin malam
Sang rembulan
sedang asik melihat sang iman
Sujud di tengah
malam, berbeda dengan mereka keluar malam
Hatinya tenang
bagaikan sang rembulan
Tunggu aku sang
malam
Medan, 22 April 2012
Wanita Merah
Wanita berbaju
merah
Di sertai celana
berwarna merah pula
Dia di latih,
untuk sebuah nama
Ia, tentu saja
nama seorang wanita
Ia keras, tegar
Setiap detik,
menit dan jam ia berperilaku seperti wanita
Ia, karena ia
adalah wanita
Terkadang lembut
terkadang keras
Mungkin juga ia
sebagai alat penakluk
Bagi manusia
bertanduk
Tunduk,,,tunduk,,,taklah
ia bersujut
Ialah wanita
pembela negeri terbentuk
Medan, 22 April 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar