Laman

Selasa, 01 Mei 2012

Kumpulan Puisi

Nama              : Saprijal Ismi
Kelas              : VI F Pagi
NPM              : 0902040284
B. Studi          : Bahasa dan Sastra Indonesia


Hujan

Kini air hujan mengalir dari langit
Berlomba-lomba menuju bumi
Pepohonan berteriak kegirangan
Burung-burung pipit pun ikut menari
Matahari lahan-perlahan mengalah

Sedikit demi sedikit ia redupkan sinarnya
Bukit-bukit ikut berpesta
Para gunung menari dan saling bercerita
Semua di dunia berteriak dengan ceria
Menunggu tetesan demi tetesan
Tik...tik...tik...suara hujan berdendang
Melodi dan irama terus saja ia alunkan, kehormatan untuk sang alam

Medan, 18 April 2012






Ibuku, Cintaku

Ibu, di keheningan malam engkau ku ganggu
Dengan tangisanku yang membangunkan tidurmu
Engkau datang kepadaku, engkau timang-timang aku
Dari bibirmu, dari mulutmu terdengar suara shahdu
Sejenak ku terdiam dan membisu
Tatapan matamu yang berbinar-binar
Membalai halus setiap tubuku
Cintamu, kasihmu, perhatianmu tertuju kepadaku
Hari-harimu engkau habiskan denganku
Setiap tangisanku, membuat panik dirimu, kembali engkau timang aku
Tak lelah, tak terjamah, ya tak lelah katamu
Ibu engkaulah semagat hidupku, cintaku hanya padamu

Medan, 18 April 2012

Ibu
Ibu, dengan kasihmu hiduplah aku
Kasih sayangmu telah membesarkan aku
Jerih panyahmu telah mendidik aku
Pengalamanmu telah mengajari aku arti hidup
Ibu, bisakah aku berbuat sepertimu
Kasihmu...
Cintamu...
Bisakah ku berikan semua itu ibu
Mungkin mustahil ibu
Sepanjang hari, sepanjang zaman ku tak akan mampu
Ibu engkaulah cahaya penerangku
Sembah sujudku kepadamu ibu
Medan, 19 April 2012

Guruku
Guruku berdiri, menjelaskan sepenuh hati
Menatap, meratap, dan teriak
Melirik ke kanan dan kekiri dengan harapan engkau mengerti
Guruku terus saja berdiri
Dengan tangan terisi sepidol, ia coba jelaskan kembali
Apakah kalian sudah mengerti, teriak guruku
Siswa dan siswi terdian tiada arti
Guruku bercerita lagi tanpa rasa sesal di hati
Sudahkah kalian pahami, jerit guruku lagi
Ruang sunyi, tapi tak sepi
Semua kursi di isi para penghuni tak tau diri
Tak mengerti, bermain sepenuh hati hingga guruku kesal kembali

Medan, 19 April 2012

Tangan-tangan Nakal
Tangan-tangan nakal
Menjejal yang terlarang
Tersentuh, menyentuh dan tertuduh
Oh para tangan-tangan nakal
Budi pekertimu tinggal sejengkal
Ahlakmu tak terpakai
Engkaulah para penjejel
Engkaukah itu para tangan nakal
Engkau rusak mahkota yang terjejal
Ia, hanya tinggal sejengkal
Menunggu ajal yang tak pernah kenal
Salam buat tangan-tangan nakal
Medan, 20 April 2012

Mengejar Mimpi
Kini hari mendung
Suara alam sedang sunyi
Murit-murit berlari, mengejar mimpi
Amanah dan arahan selalu di beri
Tak kupeduli, tak ku sesali
Tapi itulah ilmu yang sedang ku pelajari
Satu persatu ilmupun ku curi
Tidak ada yang tau, tak ada yang mengerti
Apakah ilmu itu pasti
Tetap ku cari, tetap ku telusuri
Hari demi hari tak berhenti
Hingga ku ajarkan, agar mereka berbudi pekerti
Medan, 21 April 2012






Cita-cita
Engkau bercerita tentang cita-cita
Terjajah oleh pahitnya cerita derita
Tertekan, tertakluk oleh pahitnya realita
Apakah engkau punya cita-cita
Tak kupeduli letaknya dimana
Di bukit, seberang laut maupun di langit
Kan ku tempuh, kan ku sandang
Tak ku peduli itu rintangan, terpenting ku senang

Medan, 21 April 2012

Anak Jalanan
Merka pencari rejeki yang tak peduli
Mereka kotor, mereka bau, mereka menjijikkan
Berkelana di selokan air kotor
Tempat tinggalnya juga kumuh dan rapuh
Berteduh dan berkelana di lampu mereh
Menjejel rezeki sekeras hati
Tak jarang juga mereka berkelahi
Terhina dan menghina sesama diri
Sampah sebagai teman mereka
Teman, sekaligus lingkungannya
Tak peduli turun hujan, terik matahari
Ya itulah mereka.
Medan, 21 April 2012


Kesunyian Malam
Semua yng berteriak dalam keheningan malam
Sedangkan malam hanya membisu dan tersimpu lugu
Mata kegelapan seolah mengajakku turuti hawa nafsu
Sedangkan seberkas cahaya tak mampu membelaku
Jiwaku,ragaku, nafasku dan imanku, mungkin telah keliru
Memburu para dewa-dewa yang telah membisu
Aku juga tau maumu bukan!
Suara kecil mengeledekku
Diakah itu shaitan
Sang alam terdian dan tercengang
Ia terus larut dalam malam
Perlahan,,,perlahan,,,ia tiupkan angin malam
Sang rembulan sedang asik melihat sang iman
Sujud di tengah malam, berbeda dengan mereka keluar malam
Hatinya tenang bagaikan sang rembulan
Tunggu aku sang malam
Medan, 22 April 2012









Wanita Merah
Wanita berbaju merah
Di sertai celana berwarna merah pula
Dia di latih, untuk sebuah nama
Ia, tentu saja nama seorang wanita
Ia keras, tegar
Setiap detik, menit dan jam ia berperilaku seperti wanita
Ia, karena ia adalah wanita
Terkadang lembut terkadang keras
Mungkin juga ia sebagai alat penakluk
Bagi manusia bertanduk
Tunduk,,,tunduk,,,taklah ia bersujut
Ialah wanita pembela negeri terbentuk
Medan, 22 April 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar